Proses Pembentukan Flok pada Proses Koagulasi

Secara garis  besar, tahapan pembentukan flok pada koagulasi dapat dibagi menjadi dua proses, yaitu:

Destabilisasi Partikel Koloid

Pada umumnya koloid penyebab kekeruhan bersifat hidrofobik. Agar terjadi penggabungan yang hanya dapat dicapai dengan penambahan elektrolit yang bermuatan positif sehingga diharapkan gaya tolak-menolak partikel dapat diperkecil. Selanjutnya diperlukan suatu gaya yang dapat memperkecil jarak antar partikel, yaitu dengan mengadakan tumbukan antara partikel dengan koagulan sehingga berikatan membentuk inti flok.

Proses destabilisasi sangat diperlukan oleh derajat hidrasi partikel dan konsentrasi muatan. Apabila konsentrasi muatan koloid kurang besar maka proses destabilisasi akan terhambat. Untuk memudahkannya diperlukan tambahan partikel koloid baru yang dapat memperbesar muatan.

Pembentukan mikroflok

Pada proses koagulasi, tahap destabilisasi dan pembentukan mikroflok terjadi pada penambahan elektrolit positif Al3+ dari koagulan Al2(SO4)3. Di dalam air, koagulan alum akan bereaksi dengan garam, yaitu disosiasi dan hidrolisa. Berikut ini diberikan reaksi disosiasi dan reaksi hidrolisa.

 –    Reaksi Disosiasi

             Al2(SO4)3  → Al3+ + 3SO42-

–     Reaksi Hidrolisa

            Al2(SO4)3  + 6H2O  →  2Al(OH)2 + 3H2SO4

Dalam hal ini Al3+ berfungsi sebagai elektrolit positif penetral muatan negatifpartikel pada proses destabilisasi. Al(OH)3 merupakan presipitan sebagai inti pembentukan mikroflok. Sesuai dengan konsep destabilisasi koloid, apabila konsentrasi muatan partikel koloid kecil maka penetralan oleh Al3+ sulit terjadi. Untuk itu diperlukan penambahan zat bantu koagulan berupa material kekeruhan.

Tinggalkan komentar